Rabu, 23 April 2008

Kampung Air Kapan Berakhir?


Mereka hidup dalam kurungan air sejak gempa Maret 2005 melanda wilayah kota tua Singkil. Tanah rumah mereka amblas menyamai permukaan air sungai depan rumah mereka. Mulai saat itu air mengepung rumah dan kampung. Sampai kini mereka coba bertahan hidup di sana. Meski ancaman buaya dari muara Singkil dua kali hampir menelan korban jiwa seorang perempuan dan anak kecil.

Mereka menanti harapan akan direlokasi ke tanah yang lebih baik. Tanah harapan, dimana mereka bisa membesarkan anak-anak mereka dengan cara yang lebih sehat. Tanpa air kotor dan tanpa ancaman buaya. Cukup satu jiwa yang melayang karena keganasan buaya. Jangan ada lagi korban jiwa lain karena diare, DBD atau penyakit lainnya.

Aku datang ke sana bersama Oki (Walhi), Pak Bestari Raden ("dukun" harimau Aceh Selatan) dan Bang Kumis (supir YLI) pada sore 21 Januari 2008. Kami mau melihat mereka tanpa tahu apa yang bisa kami perbuat untuk mereka.

1 komentar:

Blog Sang Pemimpi mengatakan...

Hei sunatan massal
Aha aha
Sunatan massal
Aha aha
Ditonton orang berjubal jubal
Banyak tercecer sepatu dan sandal

Hei hari bahagia
Aha aha
Bersuka ria
Aha aha
Ada yang berjoget tari India
Stambul cha-cha dan tari rabana

Hei sunatan massal
Aha aha
Ditonton orang
Sunatan massal berjubal jubal
Banyak tercecer sepatu dan sandal